Review Film Manchester By The Sea: Laki-Laki Pun Dapat Rapuh - WISATA SURYA

Latest

Tempat wisata, Hotel, Kuliner informasi

Senin, 22 Januari 2018

Review Film Manchester By The Sea: Laki-Laki Pun Dapat Rapuh


Hidup terkadang tak memihak. Kebahagiaan kadang menghilang. Bahkan mereka yang selalu menemani sanggup pergi menjauh. Lee Chandler, laki-laki kesepian yang dipenuhi rasa sakit hati dan kesedihan yang mendalam. Memilih melarikan diri dari kenyataan. Hidup seorang diri dan berprofesi sebagai tukang sampah. Terkadang merangkap menjadi teknisi, tukang reparasi atau apapun yang dibutuhkan. Suburban Boston menjadi pilihannya menjauh dari masa kemudian yang menyakitkan.

Suatu hari, Lee mendapatkan sebuah panggilan. Joe Chandler, sang abang tercinta tutup usia. Mengalah dari sakit jantung yang selama ini dideritanya. Lee terpaksa kembali ke kota kelahirnya, kota dimana beliau menyembunyikan masa lalunya yaitu Manchester, Massachusetts.

Joe, dalam surat wasiatnya, menginginkan Lee menjadi orangtua bimbing putra semata-wayangnya, Patrick. Kepercayaan Joe tak serta merta diterima. Lee bimbang dan tak percaya diri bisa menjaga kepercayaan kakaknya. Kelalaian yang pernah beliau perbuat dan stress berat masa lalunya belum hilang. Haruskah beliau menjadi ayah angkat bagi Patrick, memperbaiki kesalahan yang pernah beliau buat? Atau, mengalihkan kepercayaan orang yang beliau hormati dan sangat beliau kasihi kepada orang lain yang lebih mampu, yang tidak akan berbuat lalai sepertinya?

Harapan dan Kesempatan Kedua

Sumber: Fandango

Patrick ibarat kesempatan kedua bagi Lee untuk memperbaiki diri. Mencari penghidupan yang lebih baik. Memiliki pengharapan kembali. Meskipun penuh kebimbangan dan beberapa kembali mempertimbangkan, balasannya George – orang akrab keluarga Chandler, beliau percaya sebagai penggantinya.

Cerita dalam Manchester by The Sea karya Kenneth Lonergan sangat menyentuh. Kepahitan, kesedihan, kesepian dan kemarahan Lee Chandler yang menjadi sentra kisah diperankan dengan baik oleh Casey Affleck. Casey berhasil menggambarkan emosi dan perasaan tersebut dengan begitu hidup.

Menurut saya, ada dua momen yang paling menyentuh dalam film ini. Dua momen ini pun menciptakan aku sempat menitikan air mata. Pertama, ketika ambulans pergi dengan jasad orang-orang terkasih Lee. Dalam momen tersebut, terlihat bagaimana rasa sakit, sedih, murka dan kecewa bercampur dalam diri Lee. Saya sebagai penonton serasa bisa mencicipi apa yang beliau rasakan.

Kedua, ketika Randi, sang mantan istri memohon maaf kepada Lee. Randi mengungkapan perasaan yang masih beliau simpan untuk Lee, walau sekarang beliau sudah kembali bersuami. Randi masih menyayangi Lee. Pada ketika tersebut, ada rasa sakit dan perih, bercampur dengan perasaan sayang dan cinta yang sekarang mustahil diraih. Masa kemudian yang berusaha dikubur Lee kembali muncul kepermukaan ibarat tak bisa beliau tahan. Sampai balasannya keduanya menangis, dan Lee tetapkan untuk pergi.

Dengan kombinasi kisah dan akting yang memukau, tidak heran jikalau Manchester by The Sea balasannya menerima banyak penghargaan. Salah satunya pada perhelatan bergengsi Academy Awards 2017 yang digelar beberapa waktu lalu. Diantaranya, Casey Affleck sebagai Aktor Terbaik Oscar dan Penulis Skenario Terbaik kepada Lonergan. Well deserved!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar