Review Carry On By Rainbow Rowell; Mencar Ilmu Dari Cerita Cinta Unik Simon Snow - WISATA SURYA

Latest

Tempat wisata, Hotel, Kuliner informasi

Senin, 22 Januari 2018

Review Carry On By Rainbow Rowell; Mencar Ilmu Dari Cerita Cinta Unik Simon Snow



Yang saya suka dari beberapa karya Rainbow Rowell yang pernah saya baca – Fangirl, Eleanor & Park, Attachments, dan Landline– yakni alur ceritanya yang sederhana, berkisah seputar hal-hal yang dialami banyak orang, tetapi berbeda. Ada feel yang unik dalam setiap “pembawaan” Rowell di setiap karyanya.

Carry On berbeda. Tidak disangka, judulnya yang sederhana menyimpan dongeng yang jauh dari praduga saya. Tidak dapat dibilang sedikit, Carry On mempunyai sentuhan Fangirl – FYI, buku pertama Rowell yang saya baca. Yups, tokoh Simon di dalam Fangirl dibawa Rowell ke dalam perjalanan yang seru. Hidup di dunia sihir, sekolah di dunia sihir, Watford School of Magicks serta berteman dengan teman-teman penyihir.

Simon dijuluki The Chosen One, tetapi Baz – sobat sekamarnya – memanggilnya the worst Chosen One ever chosen. Walaupun berteman, keduanya tidak pernah akur.  Tetapi waktu membawa keduanya dalam kondisi berbeda. Di tahun terakhir di Watford, Baz tidak menampakan diri. Simon, anehnya merasa bertanggung jawab atas keadaan tersebut. Dia berusaha mencari tahu keberadaan sobat sekamarnya. Perasaan absurd menghinggapinya, antara senang, penasaran, rindu bahkan cenderung terobsesi dengan absennya Baz.

Setelah beberapa minggu, di suatu siang, ketika hall utama dipenuhi siswa untuk menyantap makan siang, Baz muncul. Bahagia, kesal, Simon tidak tahu harus merasa bagaimana dengan kemunculan Baz.

Satu diam-diam yang disimpan Simon selama Baz menghilang kesannya dapat ia utarakan. Baz tidak menyangka hal tersebut dapat terjadi ketika dirinya tidak ada. Penny, sahabat erat Simon, tidak terima diam-diam tersebut tidak diceritakan kepadanya. Namun ternyata, diam-diam tersebut menuntun Simon, Baz, Penny kepada pintu-pintu lain diam-diam di dunia sihir.

Petualangan, persahabatan dan kisah cinta yang unik digambarkan dengan baik oleh buku ini. “kok begini?” salah satu pertanyaan saya ketika membaca salah satu bab buku. Ada pula bab yang menciptakan saya sangat sangat ingin tau ihwal siapa Simon sebenarnya. “Apakah Simon Normal (sebutan untuk insan biasa di Carry On)?

By the way, di chapter-chapter awal – harus saya akui – saya merasa cukup bosan dengan ceritanya. Why? Karena saya merasa kisahnya mempunyai kemiripan dengan Harry Potter. Saya yakin pecinta Harry Potter yang membaca buku ini juga akan mencicipi hal yang sama. Any way, sehabis melewati beberapa chapter, kesannya saya menemukan bab dimana saya memutuskan untuk menyukai Carry On.

Dari kisah Simon, Baz dan Penny, saya mendapat pelajaran, mengasihi seseorang itu dapat dengan aneka macam cara. Bahkan, cara-cara absurd yang tidak menggambarkan perasaan cinta itu sendiri.

“You were the sun, and I was crashing into you. I'd wake up every morning and think, 'This will end in flames,”― Rainbow Rowell,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar