Bukittinggi - Liburan ke Bukittinggi, tak sedikit traveler yang mampir ke Lubang Jepang. Walau sudah jadi tempat wisata, lubang itu menyimpan kisah kelam di masa lalu.
Bersama dengan para pemenang kompetisi foto #MudikSeruAP2 dan Disbudpar Sumatera Barat, detikTravel pun menyambangi Lubang Jepang di Bukittinggi pada hari Minggu pagi dua pekan kemudian (1/10/2017)
Saat itu waktu menunjukkan sekitar pukul 09.00 pagi. Perjalanan pun dimulai lebih dulu ke Taman Panorama yang menghadap Ngarai Sianok. Kebetulan, Taman Panorama menjadi salah satu saluran untuk masuk ke Lubang Jepang yang juga terkenal sebagai objek wisata.
Seperti diketahui, Lubang Jepang merupakan terowongan atau bungker pertahanan yang dahulu digunakan oleh Jepang di Bukittinggi sekitar tahun 1942 silam. Lubang ini pun menjadi salah satu yang menceritakan perihal kekejaman penjajahan Jepang, sementara dua lubang lainnya ada di Bandung dan Biak.
|
"Ini aslinya kotak, diubah Pemerintah Daerah jadi sepeti ini. Yang bikin ini bukan orisinil jepang, yang desain orang Jepang," ujar Nofirman sambil menunjukkan bentuk dinding terowongan yang mengarah turun.
Dijelaskan oleh Nofirman, dahulu Lubang Jepang ini dibentuk oleh tenaga kerja paksa atau romusha yang didatangkan dari tiga tempat berbeda di Indonesia.
"Dulu yang buat ini pekerjanya didatangkan dari tiga daerah, dari Pulau Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Alasannya alasannya ialah mereka tidak tahu Bukittinggi, tidak sanggup komunikasi juga alasannya ialah masih pakai bahasa tempat masing-masing," terang Nofirman.
Terowongan menurun menuju Lubang Jepang (Randy/detikTravel) Foto: Johanes Randy |
Fakta unik lainnya, lubang ini disebut-sebut sebagai terowongan terpanjang di Asia dengan total panjang sampai 8 Km. Di dalamnya terdapat sekitar 21 lorong kecil dengan aneka macam fungsi.
"Ada sekitar 21 lorong dengan masing-masing fungsi, ada yang jadi ruang amunisi, ruang pertemuan, lubang pelarian, lubang kepetangan sampai penjara," ujar Nofirman.
Secara teknis, terowongan di Lubang Jepang memang sudah diperluas oleh Pemda. Beberapa ruangan yang dahulu menjadi tempat amunisi sudah diberi papan penanda sampai terali untuk mencegah vandalisme.
Setelah melewati lorong dan melewati ruang amunisi, perjalanan pun kembali dilanjutkan ke satu ruang yang menjadi penjara di masa lalu. Di ruang itu, para tahanan disiksa tanpa diberi makan minum.
"Penjara itu bentuknya Letter L, dulu pintunya pakai rotan belum besi menyerupai sekarang. Mereka disiksa, gak dikasih makan minum," kisah Nofirman.
Ruangan dapur yang penuh kisah kelam (Randy/detikTravel) |
Tepat di samping ruang penjara, terdapat satu ruang kecil yang menjadi ruang dapur. Walau disebut dapur, ruang ini menjadi salah satu bab paling kelam di Lubang Jepang.
"Ini dapur, di dalamnya ada dua lubang kecil, di atas dan di bawah. Lubang atas digunakan untuk mengintai, yang kecil di bawah ini untuk membuang jenazah. Di bawahnya mengalir sungai yang menghanyutkan jenazah," kisah Nofirman.
Mendengar kisah Nofirman tentu menciptakan bulu kuduk merinding. Entah berapa banyak orang yang dibawa masuk dan dibunuh di Lubang Jepang ini. Nofirman pun tidak tahu dengan detil, berapa banyak orang yang gugur di sini.
"Ada dua misteri yang belum terpecahkan, yang pertama ke mana Jepang membuang bekas galian tanah dan berapa jumlah romusha yang mati di sini," ujar Nofirman.
Pintu keluar dari Lubang Jepang (Randy/detikTravel) |
Fakta menarik lainnya, Lubang Jepang ini juga terhubung ke beberapa titik strategis di Bukittinggi. Sebut saja Jam Gadang Bukittinggi dan Istana Bung Hatta.
Pada akhirnya, Lubang Jepang menjadi saksi sejarah akan pendudukan Jepang di Bukittinggi. Walau penuh dengan kisah kelam, Lubang Jepang tetap jadi objek wisata edukasi yang perlu diketahui oleh generasi muda.
Bagi kau yang mau berkunjung, harga tiket masuknya ialah Rp 15 ribu untuk orang dewasa, Rp 12 ribu untuk belum dewasa dan Rp 20 ribu untuk wisatawan asing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar