Mengenal 10 Desa Adat Di Indonesia
AdeevaTravel -Mengenal Desa Adat menjadi tempat yang sempurna untuk mengenal lebih dalam budaya dan kehidupan masyarakat setempat. Dengan rumah-rumah yang masih berstruktur tradisional serta pakaian hingga barang-barang yang dipergunakan di kehidupan sehari-hari.
Buat Anda yang ingin Mengenal Desa Adat Di Indonesia, Berinteraksilah secara eksklusif dengan masyarakat Desa Adat ini untuk mengetahui secara eksklusif kehidupan mereka menyerupai di Desa Adat Kampung Naga, Tasikmalaya, Kampung Tarung di Sumba Barat atau Desa Terunyan di Propinsi Bali.
Berikut Desa Adat Di Indonesia yang perlu Anda sambangi untuk lebih mengenal kehidupan mereka dari dekat.
1. Desa Adat Kampung Naga, Tasikmalaya.
Kampung Naga merupakan suatu perkampungan yang dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sangat berpengaruh dalam memegang susila istiadat peninggalan leluhurnya, dalam hal ini yaitu susila Sunda. Seperti permukiman Badui, Kampung Naga menjadi objek kajian antropologi mengenai kehidupan masyarakat pedesaan Sunda pada masa peralihan dari imbas Hindu menuju imbas Islam di Jawa Barat.
Kampung Naga merupakan sebuah kampung susila yang masih lestari. Masyarakatnya masih memegang susila tradisi nenek moyang mereka. Mereka menolak intervensi dari pihak luar jikalau hal itu mencampuri dan merusak kelestarian kampung tersebut. Namun, asal mula kampung ini sendiri tidak mempunyai titik terang. Tak ada kejelasan sejarah, kapan dan siapa pendiri serta apa yang melatarbelakangi terbentuknya kampung dengan budaya yang masih berpengaruh ini. Warga kampung Naga sendiri menyebut sejarah kampungnya dengan istilah "Pareum Obor". Pareum jikalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, yaitu mati, gelap. Dan obor itu sendiri berarti penerangan, cahaya, lampu. Jika diterjemahkan secara singkat yaitu, Matinya penerangan. Hal ini berkaitan dengan sejarah kampung naga itu sendiri. Mereka tidak mengetahui asal undangan kampungnya. Masyarakat kampung naga menceritakan bahwa hal ini disebabkan oleh terbakarnya arsip/ sejarah mereka pada dikala pembakaran kampung naga oleh Organisasi DI/TII Kartosoewiryo. Pada dikala itu, DI/TII menginginkan terciptanya negara Islam di Indonesia. Kampung Naga yang dikala itu lebih mendukung Soekarno dan kurang simpatik dengan niat Organisasi tersebut. Oleh lantaran itu, DI/TII yang tidak mendapat simpati warga Kampung Naga membumihanguskan perkampungan tersebut pada tahun 1956.
2. Desa Adat Kampung Tarung, Sumba Barat
Desa susila tempat tinggal suku Loli ini terletak diatas bukit dikelilingi batu-batu besar tak jauh dari sentra ekonomi Waikabubak. Bagi suku Loli desa Tarung tidak hanya merupakan tempat tinggal, tetapi juga berfungsi sebagai institusi sosial dan keagamaan.
Tata letak desa ini terdiri dari rumah-rumah (uma) yang memanjang dibagian tengah perumahan terdapat kuburan megalitik atau makam dari watu yang disebut Waruga. Tat letak tersebut menjadi symbol kosmologi lokal.
Arsitektur vernakular yang menjadi pencakar langit di Desa Tarung yaitu Uma atau rumah susila Sumba dengan struktur segi empat, di atas panggung yang ditopang tonggak-tonggak kayu. Umumnya rumah susila dibangun dengan kerangka utama tiang turus (kambaniru ludungu) sebanyak 4 batang, dan 36 batang tiang (kambaniru) berupa struktur portal dengan sambungan pen umunya menggunakan kayu mosa, kayu delomera, dan kayu masela. Sedang sambungan atap menggunakan ikatan baik dengan usuk maupun epilog atap dari ilalang (Imperata cylindrica).
Sistem struktur yang sederhana ini berkaitan dengan tidak dikenalnya alat pertukangan selain bendo dan kampak lantaran orang Sumba gres mengenal logam ketika Portugis mampir kesana.
Tata letak desa ini terdiri dari rumah-rumah (uma) yang memanjang dibagian tengah perumahan terdapat kuburan megalitik atau makam dari watu yang disebut Waruga. Tat letak tersebut menjadi symbol kosmologi lokal.
Arsitektur vernakular yang menjadi pencakar langit di Desa Tarung yaitu Uma atau rumah susila Sumba dengan struktur segi empat, di atas panggung yang ditopang tonggak-tonggak kayu. Umumnya rumah susila dibangun dengan kerangka utama tiang turus (kambaniru ludungu) sebanyak 4 batang, dan 36 batang tiang (kambaniru) berupa struktur portal dengan sambungan pen umunya menggunakan kayu mosa, kayu delomera, dan kayu masela. Sedang sambungan atap menggunakan ikatan baik dengan usuk maupun epilog atap dari ilalang (Imperata cylindrica).
Sistem struktur yang sederhana ini berkaitan dengan tidak dikenalnya alat pertukangan selain bendo dan kampak lantaran orang Sumba gres mengenal logam ketika Portugis mampir kesana.
3. Desa Adat Terunyan, Bali
Terunyan yaitu sebuah desa yang berada di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, Indonesia. Masyarakat di desa ini mempunyai tradisi pemakaman dimana mayat yang di makamkan di atas watu besar yang mempunyai cekungan 7 buah.
Adat Desa Terunyan mengatur tata cara menguburkan mayat bagi warganya. Di desa ini ada tiga kuburan (sema) yang diperuntukan bagi tiga jenis kematian yang berbeda. Apabila salah seorang warga Terunyan meninggal secara wajar, mayatnya ditutupi kain putih, diupacarai, lalu diletakkan tanpa dikubur di bawah pohon besar berjulukan Taru Menyan, di sebuah lokasi berjulukan Sema Wayah. Namun, apabila penyebab kematiannya tidak wajar, menyerupai lantaran kecelakaan, bunuh diri, atau dibunuh orang, mayatnya akan diletakan di lokasi yang berjulukan Sema Bantas. Sedangkan untuk mengubur bayi dan anak kecil, atau warga yang sudah pandai balig cukup akal tetapi belum menikah, akan diletakan di Sema Muda (Rumah Miarta Yasa).
Penjelasan mengapa mayat yang diletakan dengan rapi di sema itu tidak menjadikan anyir padahal secara alamiah, tetap terjadi penguraian atas mayat-mayat tersebut ini disebabkan pohon Taru Menyan tersebut, yang bisa mengeluarkan anyir harum dan bisa menetralisir anyir busuk mayat. Taru berarti pohon, sedang Menyan berarti harum. Pohon Taru Menyan ini, hanya tumbuh di kawasan ini. Jadilah Tarumenyan yang lalu lebih dikenal sebagai Terunyan yang diyakini sebagai asal undangan nama desa tersebut.
4. Desa Adat Blahkiuh, Bali
Desa Adat Blahkiuh merupakan ibu kota dari Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Provinsi Bali yang mempunyai aset kesenian yang tersohor di Bali menyerupai Tari Kecak, Parwa, Arja Basur, Joged Bumbung, dan seni ukiran.
Tempat suci umum yang terdapat di Desa Adat Blahkiuh antara lain Pura Desa, Pura Dalem, Pura Puseh, Pura Dalem Suargan, Pura Dalem Pancer, Pura Dalem Majapahit, Pura Luhur Giri Kusuma
5. Desa Adat Compang Ruteng, Flores
Desa Compang Ruteng terletak di Desa Pu'u Ruteng, Kecamatan Golo Dukal, Manggarai, Flores, Nus Tenggara Timur. Desa ini dinamai Compang Ruteng lantaran adanya watu compang itu dan sebuah pohon beringin besar dan tumbuh di tengah-tengah watu compang tersebut, meskipun dikala ini pohon beringin tersebut sudah tidak ada lagi dan digantikan dengan pohon dadap.
Desa Compang Ruteng ini masih mempertahankan tradisinya yang eksotis. Salah satu ciri khas di Desa Compang Ruteng ini yaitu masih terdapat watu compang, sebutan untuk altar watu yang seringkali ditemukan di halaman rumah susila tradisional masyarakat Manggarai. Salah satu fungsi watu compang ini yaitu sebagai tempat untuk menyembelih binatang kurban semisal sapi atau kerbau.
Sebagai desa tradisional, Anda yang tiba bisa menikmati eksotisme salah satu kekayaan budaya Indonesia, dengan eksklusif berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Pengunjung atau wisatawan juga bisa memasuki rumah tradisional yang disebut dengan Rumah Gendang dan mengamati secara detail struktur, karakteristik, atau ciri khas rumah susila masyarakat Manggarai. Pengunjung akan disambut dengan upacara tadisional penyambutan tamu, dan pengunjung harus mematuhi dan mengikuti serangkaian proses ritual masyarakat Manggarai.
6. Desa Adat Pariangan, Tanah Datar
Pariangan merupakan nagari di kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Nagari ini terletak di lereng Gunung Marapi pada ketinggian 500-700 meter di atas permukaan laut. Menurut Tambo Minangkabau Pariangan merupakan nagari tertua di ranah Minang.
Di nagari ini termasuk yang terbaik dalam menjaga rumah susila tradisional yang disebut rumah gadang (Bahasa Minang, rumah besar), sehingga hingga kini masih dijumpai banyak yang terawat dengan baik. Pada nagari ini juga masih dijumpai surau, yang masih menjadi tempat tinggal komunal untuk laki-laki yang belum menikah.
Dan pada penggalan tengah dari nagari ini masih berdiri sebuah masjid tradisional yang cukup besar yang diperkirakan sudah ada di awal masa kesembilan belas, di mana pada masjid tersebut terdapat tempat mandi umum lembap panas yang masih dipakai hingga sekarang. Di Nagari ini juga terdapat situs cagar budaya gres Tungku Tigo Sajarangan.
Pada Mei 2012, Nagari (desa) Pariangan terpilih sebagai salah satu dari lima desa terindah di dunia versi Budget Travel, sebuah majalah pariwisata internasional.
7. Desa Adat Sade, Lombok Tengah
Sade yaitu salah satu dusun di desa Rembitan, Pujut, Lombok Tengah. Dusun ini dikenal sebagai dusun yang mempertahankan susila suku Sasak. Suku Sasak Sade sudah populer di indera pendengaran wisatawan yang tiba ke Lombok. Ya, Dinas Pariwisata setempat memang menjadikan Sade sebagai desa wisata. Ini lantaran keunikan Desa Sade dan suku Sasak yang jadi penghuninya.
Sebagai desa wisata, Sade punya keunikan tersendiri. Bisa dibilang, Sade yaitu cerminan suku orisinil Sasak Lombok. Yah, walaupun listrik dan jadwal Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dari pemerintah sudah masuk ke sana, Desa Sade masih menyuguhkan suasana perkampungan orisinil pribumi Lombok.
Hal itu bisa dilihat dari bangunan rumah yang terkesan sangat tradisional. Atapnya dari ijuk, kuda-kuda atapnya memakai bambu tanpa paku, tembok dari anyaman bambu, dan eksklusif beralaskan tanah.
Uniknya, warga desa punya kebiasaan khas yaitu mengepel lantai menggunakan kotoran kerbau. Jaman dahulu ketika belum ada plester semen, orang Sasak Sade mengoleskan kotoran kerbau di bantalan rumah. Sekarang sebagian dari kami sudah bikin plester semen dulu, gres lalu kami olesi kotoran kerbau.
Konon, dengan cara begitu lantai rumah dipercaya lebih hangat dan dijauhi nyamuk. Bayangkan saja, kotoran itu tidak dicampur apa pun kecuali sedikit air.
8. Desa Adat Simarasa, Sukabumi
Sirnarasa yaitu desa di kecamatan Cikakak, Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia. Berjarak kurang lebih 30 km dari Kota Palabuhanratu,
Sirnarasa merupakan salah satu desa tradisional Sunda yang masih memegang susila dengan kuat. Secara budaya, Sirnarasa termasuk ke dalam wilayah Kasepuhan Ciptagelar, wilayah susila Banten Kidul. Di wilayah susila Kasepuhan ini, banyak kegiatan-kegiatan pertanian –terutama yang terkait dengan budidaya padi– yang harus mengikuti ketentuan-ketentuan adat. Salah satu upacara besar yang menarik perhatian publik, bahkan sering dianggap sebagai atraksi wisata kultural yang langka, yaitu kegiatan Seren Taun sebagai perwujudan rasa terima kasih petani atas karunia Yang Mahakuasa berupa keberhasilan panen. Seren Taun biasanya diselenggarakan di sekitar bulan Juli-Agustus.
9. Desa Adat Toraja Sillanan
Sillanan adalah nama sebuah perkampungan tradisional masyarakat Toraja. Di tempat ini terdapat bangunan-bangunan megalit berupa menhir maupun kubur batuyang berkaitan dengan tradisi dan upacara-upacara susila masyarakat Toraja yang hingga kini masih diselenggarakan. Dari upacara-upacara susila itu, wisatawan akan mendapat citra mengenai fungsi dan peranan peninggalan-peninggalan bersejarah tersebut terhadap kehidupan masyarakat setempat. Beberapa rumah tongkonan dan lumbung padi yang berusia sangat bau tanah pun masih bisa ditemukan di sini, sementara beberapa diantaranya sudah direnovasi akhir tergoda usia.
10. Desa Adat Wai Rebo, NTT
Wae Rebo adalah sebuah desa susila terpencil dan misterius di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Di kampung ini hanya terdapat 7 rumah utama atau yang disebut sebagai Mbaru Niang. Menurut legenda masyarakatnya, nenek moyang mereka berasal dari Minangkabau, Sumatera.
Banyak wisatawan maupun peneliti yang berlama-lama di Wae Rebo untuk mencari tahu asal-muasal dan keunikan dari arsitektur yang ada di sana. Daya tarik lain tentu saja, masyakarat yang sangat terbuka namun kental adat, juga panorama yang tak pernah habis pesona.
Bagi para penggemar wisata alam ataupun wisata budaya, Mengenal 10 Desa Adat diatas bisa dijadikan sebagai alternatif destinasi wisata terbaik di Indonesia dan tentunya masih banyak lagi desa-desa susila terbaik lainnya yang ada di Indonesia yang belum kami sajikan buat Anda..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar